Ketua IPOSI Condet Kenang Guru Besar IPOSI Yang Ajarkan Thariqah

September 18, 2023 - 13:07
Ketua IPOSI Condet Kenang Guru Besar IPOSI Yang Ajarkan Thariqah

Jakarta, JATMAN Online – IPOSI (Ikatan Persilatan Olahraga Silaturahmi) merupakan perguruan silat yang  berdiri sejak tahun 1940-an oleh Al-Marhum Al-Maghfurlah Guru Besar Entong Sapri bin Muslim di Condet, Jakarta Timur. Saat ini IPOSI dilanjut oleh Generasi keduanya yaitu Nurosit Sapri Muslim sebagai Ketua IPOSI.

Ketua IPOSI Nurosit SM mengenang kembali tentang ajaran-ajaran ayahandanya tentang makna kehidupan. Seperti adab kepada guru, menjaga silaturahim serta kemanfaatan untuk manusia juga alam semesta.

“Kepada guru kita, pertama harus punya adab (takzim), jangan kita sudah pintar malah melawan sama guru kita, tidak akan berkah, tidak bakal maju hidup kita. Kedua musti menyelamatkan kedua belah pihak yang bertikai, usahakan jangan menjadi bagian dari permusuhan kecuali kita berada di tengahnya. Yang ketiga jadilah kemanfaatan diri kita untuk alam semesta dengan diri kita atau harta atau ilmu kita. Saya sekolahin anak-anak biar tinggi, biar dia tau dan bermanfaat untuk alam semesta. Keempat yang paling penting adalah mengaji, ini ajaran-ajaran orang tua kita yang harus dilanjutkan,” ujar Babe Nurosit yang juga Instruktur Pencak Silat IPOSI

Ia menambahkan dalam IPOSI ini juga banyak sekali ajaran yang selalu menjadi tuntutan yang harus menjadi pegangan dan diamalkan sebagai anggota IPOSI. Di antara yang paling utamanya adalah bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjalin silaturahmi sesuai namanya IPOSI (Ikatan Persilatan Olahraga Silaturahmi).

“Setiap hari harus bertambah ketakwaan kita kepada Allah Swt. dan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad saw. dengan berbagai amalan yang kita lakukan dan silat ini hanya sebagai sarana, olahraga dan pegangan dasar dalam IPOSI ini. Akan tetapi utamanya adalah silaturahmi. Agar kita selamat dan menyelamatkan Semuanya,” jelas Babeh Nurosit yang putra pertamanya alumni Pesantren Al-Hamidiyah Depok.

Kegiatan Maulid Nabi Muhammad Saw dan Haul Al-Marhum Al-Maghfurlah Guru Besar Entong Sapri bin Muslim dihadiri oleh KH Muammar ZA sebagai Qari dan Tausiah singkatnya.

“Ini ajaran orang tua kita dahulu, ngaji-ngaji. Orang ceramah sudah banyak, tapi mengaji ini hal yang utama. Ini thariqah jalan yang harus kita jalani. Kalau ceramahnya yang banyak, selesai maulid bisa rusuh, tapi kalau ngajinya banyak, selesai maulid Insya Allah damai, tentram, surga dah. Ini harus jadi mindset atau pemikiran kita bersama,” tutur Qari Internasional sebelum membacakan Tilawatil Quran di hadapan ribuan jamaah.

Pada kesempatan yang sama, Noer F Raissoevel menuturkan bahwa dalam tradisi Betawi, zaman dahulu sering dibaca Maulid Rawi Al-Barzanji, untuk Maulid Simtudduror baru saat ini.

“Kita biasa Barzanjian bacanya setiap malam Selasa di rumah, sebelum baca kita rowahan atau kirim arwah. Tapi kita juga suka Simtudduror, itu selera,” ucap Ketua Ikatan Alumni Al-Hamidiyah (IKAH) kepada Kontributor Jatman Online

Tambahnya, namun pada saat ini ada yang berbeda dari acara perhelatan Maulid yang biasa digelar di Jakarta. Karena saat ini IPOSI mengadakan Maulid dengan memperlama durasi pembacaan Kalam Ilahinya dibanding tausiahnya.

Selain itu, hadir pula H. Rosyid Ahmad (Pembina IPOSI) yang menyampaikan sambutan bahwa Maulid di IPOSI ini harus terus dilestarikan, harus terus diadakan karena menjadi contoh dan ghirah semangat untuk generasi Muslim di Betawi.

Patut diketahui bahwa Peringatan Maulid Nabi  saw. di Markas Jawara Betawi – IPOSI Condet dan ini juga dalam rangka mengenang Guru Besar IPOSI yang telah mengajarkan Thariqah. Peringatan Maulid Nabi di IPOSI ini adalah kegiatan wajib yang diadakan setiap tahunnya sejak tahun 1990-an. Biasa dihadiri oleh Puluhan Asaatidz, Kiai, Habaib, Jawara, Pegiat seni dan juga umaro DKI Jakarta.

Kegiatan ini kembali digelar pada tahun ini yaitu pada Jumat (13/01) yang dihadiri kurang lebih 1.200 orang dan digelar dengan diawali oleh zikir tawasul atau biasa orang Betawi menyebutnya dengan Rowahan (mengirim Al-Fatihah ke para arwah leluhur, orang tua dan guru), pembacaan Ratibul Haddad dan dilanjut dengan Pembacaan Rawi Al-Barzanji karangan Sayyid Ja’far bin Husein Al-Barzanji.

Pewarta: Abdul Mun’im Hasan
Editor: Khoirum Millatin